Sahabat Nabi Perawi Hadith Terbanyak
Diantara para sahabat, tercatat ada tujuh sahabat yang terbanyak dalam meriwayatkan hadith. Inilah profil mereka:
Dalam ilmu hadith dikenal sebuah istilah bernama isnad. Yakni, silsilah para perawi (orang-orang yang meriwayatkan) hadith mulai dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam hingga ke matan (isi) hadith. Abdullah bin al-Mubarak berkata, “Isnad itu termasuk dalam perkara agama. Tanpa adanya isnad, tentulah setiap orang bisa berkata semahunya sahaja. Diantara para sahabat, tercatat ada tujuh sahabat yang terbanyak dalam meriwayatkan hadith. Diantara mereka adalah:
1. Abu Hurairah (5374 hadith)
Nama penuhnya Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausi. Rasulullah memberinya julukan “Abu Hurairah” sebab Abdurrahman seringkali menggendong kucing kecilnya ke sana ke mari. Ia juga pernah meriwayatkan hadith tentang seorang wanita yang masuk neraka gara-gara kucing.
Abu Hurairah mulai hidup bersama Rasululah di Madinah pada tahun 7H usai perang Khaibar. Meski demikian, Abu Hurairah berhasil menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari Nabi. Hal tersebut tak lepas dari doa Nabi kepada Abu Hurairah. Suatu hari Nabi mendoakan Abu Hurairah agar memiliki hafalan yang kuat. Menurut Abu Hurairah, sejak itu ia tak pernah lupa sesuatupun yang ia dengarkan dari Nabi.
Layaknya Ahlu as-Shuffah (para sahabat yang hidup di beranda masjid), sehari-harinya, Abu Hurairah terkenal sebagai orang yang zuhud dan ahli ibadah. Tak jarang mereka harus menanggung rasa lapar dan haus hingga beberapa hari. Meski demikian, Abu Hurairah lebih memilih untuk terus menuntut ilmu sambil mengikat batu di perutnya sebagai pengganjal rasa lapar. Abu Hurairah wafat di kota Madinah pada akhir pemerintahan Muâwiyah.
Menjelang wafat, Abu Hurairah kelihatan menangis. Orang-orang di sekitarnya lalu bertanya sebab ia menangis, apakah kerana takut mati. Abu Hurairah menjawab, “Tidak, saya menangis karena saya tahu akan menghadapi perjalanan yang sangat jauh namun perbekalan saya sangatlah sedikit.”
2. Abdullah bin Umar (2630 hadith)
Sosoknya terkenal sebagai pemuda cerdas lagi rajin beribadah. Abdullah ikut berhijrah ke Madinah sedang ia masih berusia 11 tahun. Gelora keislaman Abdulllah semakin berkobar ketika umat Islam mulai berperang. Tetapi dia dibenarkan ikut berperang ketika berumur 15 tahun perang Khandaq (Ahzab) tercetus.
Dalam urusan ittiba’ (mencontohi Nabi), Abdullah sangat bersemangat mengikuti sunnah Nabi. Disebutkan, suatu hari Abdullah istirehat di bawah pohon dekat kota Madinah sebagaimana Nabi pernah singgah dan tidur di tempat tersebut. Aisyah, isteri Rasulullah sampai pernah memujinya, “Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti yang telah dilakukan Ibnu Umar.”
Meski kehilangan penglihatan di masa tuanya. Abdullah sama sekali tak mengurangi semangatnya menunaikan solat lail (malam) dan berdzikir. Suatu hari Nabi memujinya, “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Umar, andai ia rajin solat lail.” Sejak itu Abdullah tak pernah meninggalkan solat lail hingga maut menjemputnya di usia 80 tahun lebih.
3. Anas bin Malik (2286 hadith)
Nama lengkapnya Anas bin Malik bin an-Nadhar bin Dhamdham al-Anshari al-Khazraji. Anas lahir di Madinah 8 tahun sebelum Nabi hijrah ke kota tersebut. Sejak umur 10 tahun, Anas bin Malik bekerja sebagai khadim (pelayan) di rumah Nabi.
Kedekatan Anas dengan Nabi sebagai sahabat sekaligus pembantu di rumah menjadikan dia sangat akrab dan tahu segala perilaku Nabi sehari-hari. Suatu hari Rasulullah mendoakan khusus buat Anas agar diperbanyak umur dan keturunannya. Serta keberkatan sepanjang hayatnya. Nabi bersabda, “Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya serta berkahilah apa yang Engkau berikan kepadanya.” Tidak hairan Anas menjadi perawi terbanyak ketiga dalam meriwayatkan hadith-hadith Nabi SAW.
Berkat doa Nabi di atas, Anas menjadi seorang hartawan dari suku Anshar. Dia juga mempunyai keturunan yang sangat banyak hingga melebihi 100 orang dengan usia yang mencapai 1 abad lebih. Anas bin Malik meninggal dunia pada tahun 91H. Dia dimakamkan bersama sebuah tongkat kecil milik Rasulullah sebagaimana wasiatnya menjelang wafatnya.
4. Aisyah (2210 hadits)
Sebagai Ummu al-Mukminin, Aisyah memiliki sejumlah keutamaan dalam dirinya. Tidak hanya cerdas, sosoknya juga terkenal kuat menghafal. Dalam usia yang sangat muda, Aisyah mampu menguasai berbagai disiplin ilmu keislaman. Mulai dari ilmu tafsir, hadith, fiqh, faraidh (ilmu warisan), syair, hingga ilmu perubatan sekalipun.
Hal tersebut tergambar dari beberapa kesaksian para sahabat dan tabi’in. Suatu hari Urwah bin Zubair, seorang anak saudaranya berkata, “Aku tak pernah melihat seseorang yang lebih pintar dalam ilmu fiqh (agama), perubatan dan syair selain Aisyah.
Dalam riwayat yang lain, dia berkata, “Aku tak pernah melihat seseorang yang lebih pintar tentang Al-Quran, hal-hal yang difardhukan, halal dan haram, syair, cerita Arab, hingga urusan nasab (silsilah keturunan) selain Aisyah.” Wanita mulia ini wafat pada bulan Ramadhan tahun 57Hijriah dan dimakamkan di pekuburan Baqi’ Madinah.
5. Abdullah bin Abbas (1660 hadith)
Sejak kecil Ibnu Abbas, “demikian panggilan akrabnya" sudah menunjukkan kecerdasan dan semangatnya dalam menuntut ilmu. Olehnya, Rasulullah pernah mendakap Ibnu Abbas lalu mendoakannya, “Ya Allah, faqihkanlah ia perkara agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu.”
Sepeninggalan wafat Nabi, ghirah Ibnu Abbas menuntut ilmu tak menjadi surut. Tanpa bosan dia mendatangi satu persatu para sahabat sekadar bertanya pelbagai perkara yang belum diketahuinya. Alhasil, dalam waktu singkat Ibnu Abbas digelar sebagai faqih al-ashr (faqih di masanya) dan imam al-mufassirin (penghulu ahli tafsir). Ibnu Abbas juga berjuluk al-bahr (lautan ilmu).
Seiring perjalanan waktu, penglihatan Ibnu Abbas mulai berkurang hingga ia wafat di kota Thaif. Musnad Abdullah Ibnu Abbas mencapai 1660 hadith. 75 hadith diantaranya disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim (muttafaq alaihi). Al-Bukhari meriwayatkan 120 hadith manakala Muslim sebanyak 9 hadith.
6. Jabir bin Abdullah (1540 hadith)
Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1540 hadish, Ayahnya bernama Abdullah bin Amr bin Hamran Al-Anshari as-Salami. Meski masih berumur kanak-kanak, Jabir termasuk pelaku Ba’iat al-Aqabah bersama ayah dan 70 orang sahabat Anshar lainnya. Mereka berikrar setia turut membantu Nabi Muhammad menguatkan dan menyiarkan agama Islam.
Jabir tidak pernah tertinggal dalam semua peperangan bersama Rasulullah, kecuali perang Badar dan Uhud. Tak lain kerana ia dilarang oleh Nabi dan ayahnya kerana usianya yang dianggap masih kecil ketika itu. Abu az-Zubair bercerita, suatu hari Jabir berkata: Rasulullah turun berperang sebanyak 21 kali (memimpin peperangan) sedang saya cuma 19 kali berperang.
Sanad yang paling shahih dan termasyhur dari Jabir adalah melalui jalur Sufyan bin Uyainah, dari Amr bin Dinar, dari Jabir bin Abdullah. Jabir wafat pada tahun 74 Hijriah. Pendapat lain mengatakan tahun 73H.
7. Abu Sa’id Al-Khudri (1170 hadith)
Nama lengkapnya Sa’id bin Malik bin Sinan. Nasab al-Khudri berasal dari Khudrah bin Auf al-Harits bin al-Khazraj. Sedang ayahnya Malik bin Sinan, seorang sahabat yang syahid dalam peperangan Uhud. Abu Sa’id al-Khudri termasuk di antara para sahabat yang berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam.
Dia meriwayatkan hadith dari banyak sahabat. Namun sumber yang paling terkenal adalah dari ayahnya sendiri Malik bin Sinan, saudaranya seibu Qatadah bin an-Nu’man, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan sejumlah sahabat lainnya.
Abu Sa’id meriwayatkan 1170 hadith, termasuk 59 hadith yang diriwayatkan oleh al-Bukhari. Abu Sa’id wafat pada tahun 74H di Madinah dan dimakamkan di pekuburan Baqi’ sebagaimana pesan Abu Sa’id kepada anaknya menjelang wafatnya.
[masykur/sahid/www.hidayatullah.com]